Evolusi AMP di Dunia SEO
Sejak diluncurkan oleh Google pada tahun 2016, AMP (Accelerated Mobile Pages) pernah menjadi topik hangat di dunia SEO. Teknologi ini diklaim mampu membuat halaman web dimuat super cepat di perangkat mobile, meningkatkan pengalaman pengguna, dan bahkan sempat menjadi sinyal peringkat penting di hasil pencarian.
Namun, seiring berjalannya waktu, peran AMP mulai berubah. Dengan peningkatan performa web modern, muncul pertanyaan baru: Apakah AMP masih relevan di tahun 2025, atau justru website Non-AMP kini lebih unggul?
Artikel ini akan membahas secara mendalam apa itu AMP, perbandingan performanya dengan Non-AMP, kelebihan, kekurangan, dan rekomendasi strategi SEO terbaru di tahun 2025.
Apa Itu AMP?
AMP (Accelerated Mobile Pages) adalah framework open-source yang dikembangkan oleh Google dan mitranya untuk mempercepat waktu muat halaman web di perangkat mobile.
Tujuan utama AMP adalah menghilangkan elemen-elemen berat yang biasanya memperlambat loading website. AMP menggunakan versi HTML yang disederhanakan — disebut AMP HTML — serta memanfaatkan caching dari server Google agar halaman dimuat hampir seketika.
Dengan AMP, halaman bisa tampil cepat bahkan di jaringan internet yang lambat. Inilah sebabnya AMP sempat menjadi standar bagi banyak penerbit berita dan blog besar di era awal mobile-first indexing.
Apa Itu Non-AMP?
Non-AMP adalah halaman web biasa yang tidak menggunakan framework AMP. Dalam hal ini, pengembang memiliki kebebasan penuh menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript tanpa batasan ketat seperti pada AMP.
Website Non-AMP tetap bisa memiliki performa cepat asalkan dioptimasi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi seperti Core Web Vitals, lazy loading, dan CDN global, situs Non-AMP kini mampu bersaing bahkan menyaingi kecepatan AMP.
Perbedaan Teknis AMP vs Non-AMP
Untuk memahami keunggulan masing-masing, mari kita bandingkan secara teknis:
| Aspek | AMP | Non-AMP |
|---|---|---|
| Kecepatan Loading | Super cepat berkat caching dan HTML ringan | Bisa cepat jika dioptimasi manual |
| Kontrol Desain | Terbatas (banyak elemen dibatasi AMP validator) | Fleksibel, bisa memakai JS & CSS kompleks |
| Hosting Konten | Biasanya melalui cache Google (google.com/amp/) |
Langsung dari domain utama |
| Analytics & Tracking | Terbatas, perlu integrasi AMP Analytics | Lebih bebas & lengkap |
| Iklan & Monetisasi | Perlu format AMP khusus | Lebih fleksibel untuk semua jenis iklan |
| SEO dan Ranking | Tidak lagi faktor utama ranking | Bisa optimal dengan Core Web Vitals bagus |
Kesimpulannya, AMP memberikan kecepatan instan dengan batasan desain, sedangkan Non-AMP menawarkan kebebasan penuh dengan potensi performa yang sama cepatnya.
Kelebihan AMP
-
Waktu Muat Sangat Cepat
AMP memprioritaskan konten utama dan memangkas elemen berat seperti JavaScript eksternal. Ini membuat halaman terbuka dalam hitungan milidetik. -
User Experience yang Lebih Baik
Karena loading cepat, pengunjung lebih betah dan bounce rate lebih rendah. Ini memberi sinyal positif ke Google. -
Cocok untuk Website Berita
Google News dan Discover masih mendukung AMP untuk beberapa publisher besar agar konten lebih cepat tampil di feed pengguna. -
Prioritas di Masa Lalu (Legacy SEO)
Sebelum 2021, AMP sempat menjadi syarat untuk tampil di Top Stories Google. Walau kini tidak wajib, banyak situs yang masih menggunakannya karena struktur sudah stabil.
Kekurangan AMP
-
Desain Terbatas
AMP memiliki batasan pada elemen CSS, JavaScript, dan plugin. Ini membuat tampilan website sulit disesuaikan sepenuhnya dengan brand identity. -
Hosting di Domain Google
Versi AMP sering kali di-cache dan ditampilkan melalui domain Google (google.com/amp/), bukan domain asli situsmu. Ini bisa mengurangi visibilitas merek. -
Kesulitan Integrasi Tracking dan Monetisasi
Beberapa script iklan dan alat analitik (seperti Facebook Pixel atau Hotjar) tidak berfungsi sempurna di halaman AMP. -
Maintenance Tambahan
Kamu harus memelihara dua versi halaman — versi AMP dan versi reguler. Ini menambah beban pengelolaan situs. -
Tidak Lagi Prioritas Google
Sejak Core Web Vitals diperkenalkan, Google tidak lagi memberi keunggulan khusus untuk AMP.
Perkembangan AMP di 2025
Hingga 2025, tren menunjukkan bahwa penggunaan AMP menurun drastis.
Menurut data dari berbagai tool SEO, jumlah domain yang menggunakan AMP menurun lebih dari 40% sejak 2022.
Google kini menilai pengalaman pengguna berdasarkan Core Web Vitals (LCP, INP, dan CLS), bukan pada apakah situs tersebut menggunakan AMP.
Bahkan beberapa media besar seperti The Guardian, Search Engine Journal, dan TechCrunch telah menghentikan AMP sepenuhnya. Mereka memilih fokus pada optimasi Non-AMP dengan hasil yang sama cepat dan lebih fleksibel.
Non-AMP dan Core Web Vitals
Website Non-AMP kini mampu bersaing berkat kemajuan teknologi optimasi web modern.
Dengan memperhatikan Core Web Vitals, situs Non-AMP bisa mencapai kecepatan dan stabilitas yang bahkan melebihi AMP.
Berikut fokus utama optimasi Non-AMP di era 2025:
-
Largest Contentful Paint (LCP): Pastikan elemen utama tampil <2,5 detik.
-
Interaction to Next Paint (INP): Respons halaman terhadap klik harus <200ms.
-
Cumulative Layout Shift (CLS): Hindari pergeseran layout saat loading.
Teknik seperti lazy loading, minify CSS/JS, CDN caching, dan server-side rendering (SSR) membuat Non-AMP kini jauh lebih unggul secara teknis.
AMP vs Non-AMP dari Sisi SEO
Banyak praktisi SEO bertanya, apakah AMP masih membantu ranking?
Jawabannya: tidak secara langsung.
Google secara resmi menyatakan bahwa AMP bukan lagi sinyal ranking.
Ranking kini lebih bergantung pada:
-
Core Web Vitals
-
Mobile usability
-
Kualitas konten
-
Struktur internal link
-
E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness)
Artinya, website Non-AMP yang cepat dan responsif bisa sama kompetitifnya — bahkan lebih baik — daripada situs AMP.
Kapan Sebaiknya Menggunakan AMP?
AMP masih memiliki tempat tertentu, terutama untuk jenis situs berikut:
-
Situs berita dengan traffic tinggi. AMP dapat mempercepat pemuatan artikel di Google News.
-
Situs dengan audiens utama mobile di negara dengan koneksi lambat.
-
Publisher yang ingin tampil di platform distribusi pihak ketiga (seperti Twitter Instant Articles atau Bing News).
Namun untuk situs bisnis, e-commerce, atau blog pribadi, AMP sering tidak lagi efisien. Non-AMP yang cepat dan dioptimasi penuh kini jauh lebih fleksibel dan menguntungkan.
Kapan Sebaiknya Tidak Menggunakan AMP?
Kamu bisa melewati AMP jika:
-
Website kamu sudah cepat dengan skor Core Web Vitals hijau.
-
Kamu butuh integrasi lanjutan (form, chat widget, atau tracking iklan).
-
Kamu ingin branding kuat di domain sendiri, bukan versi cache Google.
-
Kamu ingin kontrol penuh atas desain dan UX.
Dalam kasus ini, lebih baik fokus pada optimasi Non-AMP dengan teknik modern, karena memberikan hasil jangka panjang tanpa batasan teknis.
Cara Migrasi dari AMP ke Non-AMP
Bagi situs yang masih menggunakan AMP, kamu bisa melakukan migrasi bertahap tanpa kehilangan ranking.
Langkah-langkahnya:
-
Pastikan Halaman Non-AMP Siap dan Cepat.
Gunakan PageSpeed Insights untuk memastikan performa sudah optimal. -
Tambahkan Redirect 301 dari Versi AMP ke Versi Non-AMP.
Ini memastikan Google dan pengguna diarahkan ke halaman utama. -
Perbarui Canonical Tag.
Pastikan setiap halaman Non-AMP menjadi versi utama (canonical). -
Kirim Ulang Sitemap di Google Search Console.
Biarkan Google merayapi ulang dan memperbarui indeks. -
Pantau dengan Google Search Console.
Pastikan tidak ada error indeksasi atau penurunan performa.
Dengan cara ini, transisi dari AMP ke Non-AMP akan berjalan mulus tanpa kehilangan trafik.
Studi Kasus: Situs Besar yang Beralih dari AMP
Beberapa publisher global telah melakukan eksperimen migrasi dari AMP ke Non-AMP dan menemukan hasil positif:
-
Search Engine Journal (2022): Setelah menonaktifkan AMP, kecepatan halaman tetap tinggi dan traffic meningkat 23%.
-
The Verge (2023): Melaporkan pengalaman pengguna lebih baik tanpa versi AMP karena desain dan iklan lebih fleksibel.
-
WPBeginner (2024): Menyatakan AMP tidak lagi relevan untuk WordPress modern yang sudah mendukung Core Web Vitals dengan baik.
Hasil ini memperkuat bahwa Non-AMP kini dapat bersaing bahkan tanpa framework AMP sama sekali.
AMP vs Non-AMP: Mana yang Lebih Baik di 2025?
Jika dibandingkan dari sisi kecepatan, UX, SEO, dan fleksibilitas:
-
Kecepatan: Seri, tergantung optimasi Non-AMP.
-
Kontrol Desain: Non-AMP unggul jauh.
-
SEO Ranking: Tidak ada perbedaan signifikan.
-
Biaya & Maintenance: Non-AMP lebih efisien.
-
Monetisasi & Tracking: Non-AMP jauh lebih fleksibel.
Dengan semua kemajuan teknologi web modern, Non-AMP kini menjadi pilihan terbaik di tahun 2025 — kecuali untuk situs berita berskala besar dengan kebutuhan distribusi cepat di Google News.
Kesimpulan
AMP pernah menjadi tonggak besar dalam evolusi web mobile, tetapi perannya kini telah bergeser.
Di tahun 2025, Non-AMP dengan optimasi Core Web Vitals dan mobile-first design mampu memberikan performa yang sama cepatnya tanpa batasan desain atau teknis.
Jika kamu baru membangun situs, fokuslah pada optimasi Non-AMP:
-
Gunakan CDN, caching, dan format gambar modern.
-
Perbaiki Core Web Vitals.
-
Pastikan halaman mobile ringan dan interaktif.
AMP mungkin masih relevan di niche tertentu, tetapi untuk mayoritas website modern, Non-AMP adalah masa depan SEO 2025.